Minggu, 27 Januari 2019

Kepergian Kakek Edgar

     Ain, apa kabar?

     Selalu kutanya begitu, walau sebenarnya aku sudah tau kalau kamu, disana, pasti baik-baik saja. Setelah beberapa waktu terlewati, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim surat kembali kepadamu, kumohon, bacalah sampai akhir.

     Ain, tiga bulan yang lalu Kakek Edgar pergi untuk selama-lamanya. Maaf aku tidak mengabari seketika itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, ya, tentu kau tau, aku terlalu sedih.

     Sejak Kakek Edgar pergi, hidupku semakin rumit. Aku merasa tidak akan bisa lagi memiliki seseorang yang mencintaiku sesempurna Kakek. Perasaan seperti itu rupanya mempersulit kehidupanku. Sehingga aku selalu tidak pernah mendapatkan ketenangan ketika mencoba hidup berdampingan dengan orang lain. Kini, didunia ini, aku benar-benar sendiri.

     Maaf, surat ini tidak sedang merayu kamu untuk pulang. Akupun sudah tidak lagi tinggal dikampung kita, terlalu banyak kenangan disana. Aku juga tidak sedang meminta kamu untuk temani hidupku, jangan salah paham. Sepelik kisah cinta yang telah lama aku pendam sendiri, aku mulai dewasa, dan mulai mengerti, bahwa -sampai kapanpun- cinta tak akan pernah bisa dipaksakan.

     Ain, walaupun aku tidak mengharapkan kamu mencariku. Mohon izinkan, untuk tetep mengganggap kamu sebagai sahabat terbaikku. Karena hanya dengan mengingatmu, hidupku sudah cukup tenang.

     Sepertinya malam akan berganti pagi, aku harus segera mengakhiri surat ini. Sebenarnya aku masih sangat rindu kamu, dan ingin bercerita lebih panjang lagi, tapi aku harus istirahat. Entah kapan, kalau ada waktu lagi, aku akan kembali mengirim surat. Terimakasih sudah membaca sampai akhir. Semoga selalu bahagia.

Kuakhiri dengan rindu.

Salam,
Aku.


NF.
Asoka barat, 27 Jan '19.
Mendung, angin, mendekap gigil.

0 komentar:

Posting Komentar

 
nilnafaricha Blogger Template by Ipietoon Blogger Template