Rabu, 31 Januari 2018

I'm Home

     Tepat saat aku bergeser duduk karena matahari mulai menghangatkan teras masjid, dan tepat saat  angin membawa daun yang sudah berwarna kecoklatan itu gugur tepat ditengah kitabku, beliau berkata "Seseorang yang ingin belajar istiqomah, sulit rasanya kalau dia hanya berkomitmen dengan dirinya sendiri, dia membutuhkan suatu sistem yang dapat mengawasi dan menjaga komitmen tersebut.."


     Itu adalah sepenggal cerita yang aku dapatkan ketika mengikuti kuliah dari seorang dosen terfavorit. Dawuh-dawuhnya banyak dijadikan motivasi bagi -hampir- semua mahasiswa yang pernah mengikuti kuliahnya. 
     Begitupun denganku.
Pesannya -yang sudah kutuliskan diatas tadi- adalah salah satu yang membuat aku butuh untuk mencari sebuah rumah, aku butuh tempat untuk pulang.Ya, bagiku, sistem itu ibaratnya rumah.
Seseorang yang tinggal didalam rumah tersebut tentunya harus mengikuti segala peraturan yang telah dibuat dan disepakati. Siapa yang tidak mengikuti aturannya, maka akan celaka dan sengsara. Sedangkan bagi siapa yang mengikuti aturannya dengan baik, maka akan selamat dan bahagia. Bukankah begitu?
     Kita butuh sebuah rumah yang bisa menaungi dikala terik matahari mulai panas menyengat dan yang mampu menghangatkan dikala cuaca mulai dingin menggigil.
     Bukankah, pada zaman ini, musim sudah mulai tidak karuan?
     Tatkala matahari yang seharusnya menghangatkan, kini menjadi terasa membakar. Bagaimana tidak? lihat saja, saat menyusuri kota pada siang hari, bukankah kita melihat ada banyak manusia yang lupa akan sikap kemanusiaannya. Suasana yang harusnya hangat, menjadi begitu panas.
     Tatkala angin yang seharusnya membuat segar, kini menjadi terasa sangat dingin mengigil. Bagaimana tidak? lihat saja, saat mereka yang mencari ilmu yang harusnya untuk menghapus kebodohon, kini telah berubah niat yakni malah menjadi bekal untuk membodohi orang lain. Tentu kita masih ingat betul bagaimana episode dari drama tikus yang tayang hampir setiap hari itu. Rasanya angin yang harusnya menyegarkan, kini menjadi terasa sangat dingin hingga menggigil.
     Dari itu, maka kita perlu mencari sebuah rumah. Akan tetapi untuk memilih sebuah rumah tentunya tidaklah mudah. Karena dunia telah menyediakan banyak rumah dengan berbagai macam isinya.
     Lantas rumah mana yang bisa kita tuju?
     Manalagi. Kalau bukan rumah yang menjadikan agama untuk pondasinya.
     Dan bahkan saat ini pun, banyak rumah yang diluar tampak menomorsatukan agama, namun saat telah berada didalamnya kita tidak mendapatkan itu samasekali.
Maka, berhati-hatilah.
     Demikian tulisan kali ini, semoga bermanfaat. Akan diakhiri dengan pesan lain dari dosen terfavorit tadi,
"Seseorang yang tidak mendapatkan suatu kebaikan dari suatu sistem, walau itu -sekecil dzarrah- Maka diharapkan untuk memikirkan ulang. Apa perlu dilanjut atau diputuskan." 

...karena yang buruk cepat datangnya, dan yang baik cepat hilangnya.


NF
Rumah tanpa pohon.
Jember, akhir Januari 18.

0 komentar:

Posting Komentar

 
nilnafaricha Blogger Template by Ipietoon Blogger Template