Selasa, 23 Januari 2018

Seharusnya Bahagia Part 2

Silahkan baca cerita sebelumnya disini... Seharusnya Bahagia

     Siang itu, matahari sangat bersahabat. Sinarnya tak begitu menyengat kulit, dibilang akan turun hujanpun tidak. Sebab itu aku memutuskan untuk berjalan kaki saja, biarpun tempat itu dengan tempatku bekerja lumayan jauh tapi insyaAllah aku tidak akan sampai kelelahan.
     Setelah melewati beberapa pertokoan kota -yang tak pernah sepi dari pengunjung, aku mulai melihat beberapa pohon dari kejauhan, ah, lima menit lagi taman kota. Mohon tunggu aku sebentar lagi, paman. Akupun mulai mempercepat langkah kaki.
     Seseorang yang akan kutemui itu tampak sedang asyik duduk dikursi taman, menyilangkan kakinya dan membaca koran. Dia adalah lelaki yang masih sama saat pertama kutemui dua tahun lalu, masih tampak seperti sedang menunggu seseorang. Sesekali menengok jam tangan, menatap sudut jalan, dan kemudian membaca kembali koran yang dibawanya. Walau begitu, raut wajahnya tetap tenang. Dan sampai saat ini aku masih khawatir. Bahkan sudah dua tahun dia tidak berubah.
     "Assalamualaikum paman.. Bagaimana kabarnya?"
      Lelaki itu tidak merespon, tetap membaca korannya. Kuulangi sapaanku. 
      Dia masih tidak merespon. Aku mulai khawatir. Ada apa dengannya? 
      Kuulangi lagi, mengucapkan salam sembari kucoba untuk menyentuh bahunya pelan-pelan.
      Lelaki itu sedikit kaget, segera melipat korannya dan menatapku.
     "Assalamualaikum paman.. Bagaimana kabarnya?" aku menyapanya lagi sedikit gugup, namun tersamarkan dengan senyum andalan supaya dia bisa mengenaliku, lagi.
Bukannya menjawab salam dengan baik, lelaki itu malah tertawa keras sekali. Aku kaget, takut, dan juga bingung. Lantas aku harus bagaimana? Jangan-jangan paman ini sudah . . .
     "Apakah aku masih semuda itu nak? Kau masih saja memanggilku paman. Silahkan duduk disampingku. Piye to, tak suruh datang besok harinya ini malah datang berabad-abad kemudian. Aku telah menunggumu sejak lama nak, sudah berapa abad ini?"
Aku menghela napas, lega. Alhamdulillah, paman masih bisa mengenaliku.
     "Belum seabad kok, baru dua tahun paman. Maafkan aku telah membuat paman menunggu terlalu lama. Setelah hari itu ada banyak hal yang harus aku lakukan, banyak sekali." 
     "Setidaknya kau kembali nak, taukah kamu? bahwa setelah hari itu tidak ada seorangpun yang mau mengajakku bicara lagi, walau sebelumnya pun memang tidak ada, haha. Untuk hanya sekedar menawarkan kopi saja tidak ada nak, haha. Tak ada yang berani seperti kamu."
     Aku tersenyum. Kupetik bunga melati disampingku, merontoki kelopaknya satu-satu. "Mungkin paman terlalu menakutkan bagi mereka"
     "Iya mungkin. Jangan pergi lagi nak. Dunia ini membutuhkan seseorang seperti kamu"
     Aku terdiam. Menghentikan jemari yang merontoki kelopak bunga melati itu. 
     "Kenapa harus aku paman?" Tak sadar sudah kuremuk hancur sisa melati yang ada dijemariku itu.
     "Ayo makan siang dulu, aku lapar. Kamu punya uang kan nak? hehe"
     Aku mengangguk dan tersenyum.
     "Alhamdulillah, mau makan dimana paman?"
     "Terserah kamu aja, ayo" dia sudah berjalan mendahuluiku.
Aku masih tak bergerak dari kursi taman dan melihat punggungnya dari belakang, lelaki itu, siapa? manusia atau malaikatkah? aku harus bagaimana?
     "Loh piye to? ayo" Jeritnya menyadarkanku. Aku tersenyum dan segera berdiri.
     "Katanya terserah aku, kok paman jalan dulu?"
     "Nggak jadi. Terserah aku aja" Paman dan aku sama-sama tertawa. Kami seperti seorang teman dekat yang sudah lama sekali tak bertemu. Ah kami memang teman, tapi tidak sedekat itu.
Lelaki itu sudah ada di seberang jalan, dan terus berjalan.
Aku bergegas, dan mengejarnya.. ya, aku mengejarnya.




Tulisan pertama setelah memutuskan untuk merubah genre
mohon dimaafkan jika tulisan ini kurang enak dibaca
semoga aku nyaman dengan genre tulisan ini dan
semoga tulisan ini, juga tulisan setelahnya
menuai manfaat bagi semesta, aamiin.

Rumah tanpa pohon.
Sedikit mendung.
Januari.
23.
NF.

0 komentar:

Posting Komentar

 
nilnafaricha Blogger Template by Ipietoon Blogger Template